November 10, 2008

REWRITE [B.O.D.O, Mati Sebelum Mati]

Bila anda akan turun dari angkutan kota, lalu ada 2 uang ribuan, satu masih baru dan yang lainnya agak lepek, mana yang akan anda berikan kepada sopir ?.Bila jawabannya yang masih baru, maka baik. Sebaliknya bila anda menyerahkan yang agak lepek, waspadalah, benih pelit alias medit bin kumed meregehese cap jahe telah ada dalam hati anda, sadar atau tidak sadar. Padahal nilainya sama Rp 1000, tapi ?

Bukan hanya dalam situasi demikian, sifat pelit juga merasuk pada orang-orang ‘alim (berilmu). Repotlah bila demikian. Padahal orang yang berilmu punya 2 kewajiban, 1st mengamalkan, 2nd menyiarkan. Keduanya tidak bisa dipisahkan. Namun ada orang yang beralasan tawadu’ ,belum mau menyiarkan bila belum bisa mengamalkan, ya memang lebih baik bila mengamalkan dulu, tapi bila itu terlalu lama, terus-terusan belum bisa, hal itu juga jelek. Imam Al Ghazaly dalam Bidayah al Hidayah berkata bila orang yang mengetahui suatu ilmu, namun menunda dalam pengamalannya, maka ia hanya menuruti nafsunya, sedangkan “nafsu itu mengajak pada kejelekan”. Setan akan membujuknya agar gelut dengan ilmu dan berbagai ayat, hadits, dan atsar (omongan sahabat) tentang keutamaam ilmu, namun akan terus menunda dalam pengamalannya. Ati-ati coy!. Jadi, kalau udah nyi’arin, ya tinggal ngamalin, dan kalo udah ngamalin, ya tinggal nyi’airin.

Orang bodho itu serba mbuh, serba teu nyaho’ misal ditanya, itu Pak Bupati ngomong apa?, jawabnya embuh. Eh, rumus Momentum sih priben ? jawab : la ya mbuh, mbuh-mbuh terus. Jadi kalo orang seperti ini dipake dimasyarakatnya dimana ?ya mbuh kan -red.
Orang yang tidak tahu / bodho itu dibagi 2 :
Orang yang tahu bahwa dirinya tidak tahu, maka ia bertanya bila tidak mengerti / tidak tahu
Orang yang tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu. Orang seperti ini bisa membahayakan dirinya (seperti syair diatas) dan orang lain.

Dalam syair dikatakan bahwa orang bodho sebenarnya sudah mati (tidak manfaat) walau belum meninggal. Contoh kecil, dalam suatu kelas diperintah oleh guru untuk membentuk kelompok, ada saja orang yang ditolak disana-sini karena dianggap merugikan dan gak manfaat. Walaupun ada kelompok yang menerima, orang itu hanya nebeng. Jadi, orang bodho seperti orang mati. Mending orang mati beneran, gak ngerugiin dan gak ngabisin beras. Tapi orang bodho, klayang-kloyong, tetep ngabisin beras. Itu di sekolah luar negeri (swasta), kalau di SMANSA tau sendiri lah.

Sekarang mau nanya, para pembaca ni orang pinter ta orang bodho? J orang he,he,he,he……
Pertanyaan ini bukan untuk dijawab dengan lisan, tapi dengan sikap. Kalau ngrasa belum ‘alim, ya belajar dan nanya ma orang yang ‘alim. Kalau jawab orang pinter, jangan gaya dulu deh, sebab manusia harus tetep cari ilmu sampe mati.

Jadi kesimpulannya, kita harus tetap belajar dan jangan bosen belajar biar gak bodho. Niatnya belajar jangan cari pinter tapi untuk membuang kebodohan (dari Kitab Da’watuttammah). Contoh, ada ahli matematika, segala bisa di itung, limit, trigono, peluang, dll mah bisa, tapi pas ngitung, ada aja yang salah, nah itu dari sifat bodonya. Contoh kayak gini rada usum. Ilmu yang wajib di pelajari yaitu ilmu agama, DAEK, TEU DAEK, KUDU DAEK. Islam bukan hanya membahas shalat, puasa, tapi juga ilmu ekonomi, politik, sains, lan sejene. “AL ISLAMUL LENGKAPU WA KOMFLITU MINAL TEKTEK ILAL BENGEK”, kata Kang Ayip.

rang Indonesia mesti nyari bambu runcing yang hilang, yang bisa ngalahin negara penjajah yang teknologinya lebih hebat, Indonesia bisa kok hebat kaya dulu, asal orang-orangnya juga semangat kaya dulu.
3_orang telah berjasa| komen artikel

A Precedent for President [Kepemimpinan Gaya Mang "Presiden"]

Kali ini kita akan membicarakan “Presiden”, tapi bukan SBY, Obama, atau lainnya. Ini presiden versi lain. Kita tidak membicarakan politik secara njlimet. Tidak pula strategi partai-patai yang berusaha menyedot suara akar rumput. Atau proyek lain untuk “mengobjekkan” rakyat. Kita, yang memang rakyat harus ditempatkan sebagai “subjek.” Maklum, karena rakyat memang tidak suka pamer ilmu, medialah yang memfasilitasi “sound system” mereka. Kehidupan keras nan bersahaja, pemilik kartu “keringanan hisab” ini tampil memberi teladan (precedent).

Dari beribu-ribu jenis tukang, hanya tukang becak yang punya gelar “presiden.” Ia tidak dipilih melalui pemilu berdana milyaran rupiah. Ia independen, tidak ada partai yang mencalonkannya menjadi “presiden.” Malah, tukang becak menjadi objek iming-iming “surga” gombal dari partai. Ajaibnya, masyarakat ikhlas -seikhlas saat buang air besar- mengalungkan gelar ”presiden” kepada tukang beca.

Di Indonesia, yang melanggar hukum kebanyakan adalah para ahli hukum, yang tidak memakai helm adalah anak polisi, dan yang kerap korupsi adalah birokrat tulen dan bisnisman handal. Presidenpun tak luput, ia melanggar peraturan yang dibawahi kekuasaannya.

Tukang becak tahu betul kalau pemimpin adalah panutan bawahan sehingga tukang becak “menyontek” apa yang penguasa perbuat. Tukang becak mendapat gelar presiden karena “kebebasannya” melabrak rambu lalu lintas. Lampu merah tak berlaku baginya, tanda jalan satu jalur akan ciut menghadapinya. Maka kita akan sepakat menjawab, “Tukang becak !”, jika ditanya, “Siapa presidennya jalan ?” maklum, tukang becak memang tidak paham aturan, tak pintar. Jika ia pintar maka tak akan jadi tukang becak, ia akan jadi ilmuwan bahkan presiden betulan. Kitapun memaklumi “kebebasannya”, mereka sudah lelah dengan problem hidup. Dan sepertinya, “kebebasan” itu sedikit menjadi hiburan disela penderitaan hidup.

Sejatinya, seorang pemimpin akan mengusahakan rakyatnya hidup adil dan makmur. Sebelum rakyatnya bisa makan roti, pemimpin makannya singkong, bukan roti. Intinya, kepentingan rakyat adalah tanggung jawab pemimpin. Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad sangat sukses mengambil simpati rakyatnya walaupun tujuan Ahmadinejad klasik dan dipandang terlalu polos -baik oleh orang dalam maupun luar negeri-, yakni menjadikan semua rakyatnya cukup makan. Nyatanya, hal itulah yang dirindukan rakyat. Yang tadinya tak dikenal luas, Ahmadinejad bisa terpilih menjadi presiden Iran. Oo indahnya bila presiden kita mencontoh “Mang Presiden.” Bila presiden kita hidup sesederhana tukang becak, niscaya semua rakyat bakal manut, hormat, dan mencintai pemimpin sekaligus negaranya. Bila ungkapan “Orang yang kenyang akan tersinggung melihat temannya lapar” dilaksanakan presiden, maka rakyat akan “adem” sebab kondisi ketertindasannya mampu ditemani oleh presiden sendiri, ikut prihatin. Dalam bahasa Kiai Sakur Indramayu, “Kalau presidennya makan tempe, lalu kegiatan itu ditayangkan oleh stasiun tv setiap harinya secara live, insya Allah rakyat akan tentram, negara aman.” Dari urusan kecilpun presiden sudah berpatokan rakyat, diharapkan begitu pula pada kebijakan lainnya yang lebih besar. “Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman” (Q.S. As Syu’araa : 215).

Pemimpin yang prihatin sudah dibuktikan suksesnya oleh Rasulullah dan khulafaur rasyidin. Di Indonesia juga pernah dicontohkan oleh Ir. Soekarno, lihatlah, rakyat begitu dekat dan mencintai pemimpinnya itu. Di Lapangan Ikada, rakyat dapat berdiri bebas dekat Bung Karno
yang sedang berpidato. Soekarno juga dicintai karena rela dipenjara demi membela rakyat, bukan malah sebaliknya yang memenjarakan rakyat demi kepentingan pribadinya.

Tukang becak punya “precedent for president” bukan hanya karena kesederhanaannya atau karena ia mengerjakan sesuatu. Tapi juga karena ia tidak melakukan sesuatu. Contoh sederhana, di malam hari tukang becak keliling mencari penumpang. Sebuah tindakan yang kurang taktis karena sangat kecil kemungkinannya ada yang mau jadi penumpang di malam hari. Celaka bila tukang becak yang tadinya berniat mencari penumpang, berubah niat jadi menyatroni rumah penduduk buat maling. Untungnya ia tetap sabar, tidak tergiur uang haram yang menanti. Artinya, tukang becak tetap sebagai tauladan karena ia tidak melakukan pencurian. Alangkah asoy pula bila presiden dan pejabat-pejabat negara meniru tingkah polah “mang presiden.” Tidak tergoda melakukan korupsi, penggelapan, intimidasi, dan hal negatif lainnya. Dalam bahasa pemikir terbesar islam abad 20, Muh. Iqbal, “Jadilah kamu laksana Ibrahim, dalam apipun kamu tidak terbakar.” Biarpun kondisi sekitar terus mendorong untuk melakukan hal negatif, tapi tidak terpengaruh dengan itu semua. Sifat ini harus terus dilatih.

Sebagai kisah penutup. Di suatu waktu, tukang becak di Cirebon sedang sepi penumpang, benar-benar sepi. Dan ketika itu, muncul Jarkoni, hendak pergi dari perumnas ke alun-alun (sekitar 5 km), ia menawar dengan harga Rp 2.000,00 saja. Daripada nganggur, tukang becak menerima dengan terpaksa tawaran Jarkoni. Si Jarkoni otomatis senang. Di perjalanan, tukang becak ugal-ugalan, hampir menyerempet ini dan itu, dan puncaknya, sebuah truk hampir menabrak becak. Karena tak tahan, Jarkoni protes pada Mang Becak, “Mang, aja ngebut-ngebut si, bahaya !” Dengan agak jengkel, Mang Becak berkata, “Bayar imung rong ewu pengen selamet ! ” Yah, semoga presiden baru di 2009 nanti hanya meniru sisi baiknya saja dari tukang becak, sisi negatifnya jangan ! [MAA]
0_orang telah berjasa| komen artikel

October 31, 2008

Rencana

apa yang perlu ditanggapi dari kejadian di smansa ? tolong komen yah, untuk artikel selanjutnya
0_orang telah berjasa| komen artikel

August 16, 2008

Sang Jendral Gede

Bulan rezeki penjual bendera. Peringatan Hari Kemerdekaan telah berlangsung, namun sorak sorai dari tahun ke tahun terasa berkurang “volumenya”, entah kenapa. Sepertinya momen 17 Agustus sudah ngebosenin, hanya rutinitas tiap tahun. Membantu ngeramein jagat, kita akan membicarakan orang yang sudah meninggal, nah lo ? Lebih tepatnya pahlawan. Jika biasanya jika ada orang meninggal, penduduk banyak bertanya apa penyebab kematiannya, sakit apa, ketabrak dimana, salah minum obat apa, kesamber gledek dimana ? Daripada niru kebanyakan orang, lebih baik kita ngomongin bagaimana jenazah tersebut sewaktu hidup, dengan begitu kita bisa meneladani kebaikannya. Demi tetap menghargai jasa para pahlawan dan menjaga eksistensi FDK, Sang Jendral, Soedirman kini jadi sorotan.

Jendral Soedirman berkata, " ROBEK-ROBEKLAH BADANKU, POTONG-POTONGLAH JASATKU INI, TETAPI JIWAKU YANG DILINDUNGI BENTENG MERAH PUTIH AKAN TETAP HIDUP, TETAP MENUNTUT BELA SIAPAPUN LAWAN YANG AKU HADAPI."

Di kehidupannya, tidak seperti jendral pada umumnya, tak ada jeep, tak ada seragam kebesaran, pangkat berlapis, topi tentara, kaca mata hitam, sepatu bagus khusus perang, yang ada hanya blangkon, setelan jas kumal besar, tongkat, dan tandu, itupun saat beliau sakit.

Jenderal T.B Simatupang mengatakan, " Jasa Pak Dirman yang terbesar ialah bahwa beliau dapat mengikat semua golongan-golongan di kalangan Angkatan Perang kita pada waktu itu, tanpa menjadikan pimpinan itu suatu pengertian yang kosong atau samar"

Kapten Soepardjo Roestam ( saat menjadi ajudan Pak Dirman) berkata, " dengan keadaan yang amat lemah karena sejak pagi belum ada sedikitpun makanan atau minuman yang masuk perutnya, tetapi terdorong oleh kemauan yang kerasa memberikan kekuatan padanya, Pak Dirman meninggalkan kota dan keluarganya itu. Rencananya akan menuju ke Imogiri melalui Bantul. Walupun kondisi lemah anehnya kondisi Pak Dirman tidak bertambah buruk sampai pada waktu makan pertama hari itu Jam 23:00. Panglima Soedirman memerintahkan dua orang masuk kota untuk meminta perhiasan-perhiasan dari Bu Dirman guna bekal gerilya”

Jendral Soedirman juga merupakan hamba Allah yang taat. Feeling yang tepat, diberikan Allah padanya pada suatu ketika, dengan itu pengkhianat dari pasukan gerilyanya berhasil dikeluarkan. Saat itu, jendral berinisiatif untuk dzikiran bersama pasukannya, dengan menggunakan peci dan sarung, mereka dzikiran bersama. Berselang beberapa saat, pasukan Belanda datang, sontak seorang pengkhianat berdiri, berkata pada pasukan Belanda, dan menunjuk-nunjuk di jamaah dzikiran ada Jendral Soedirman. Tapi Belanda tidak percaya pada pengkhianat tadi, mereka dibutakan Allah meskipun memang benar itu adalah Jendral Soedirman, belanda menganggap jamaah tadi hanya kiai dan santri-santrinya yang sedang mengaji, walau pengkhianat meten, Belanda tetap gak percaya, dan akhirnya malah menembak pengkhianat tersebut karena disangka pembohong.


5. Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung[19].

[19] ialah orang-orang yang mendapat apa-apa yang dimohonkannya kepada Allah sesudah mengusahakannya.

67. Adapun orang yang bertaubat dan beriman, serta mengerjakan amal yang saleh, semoga dia termasuk orang-orang yang beruntung.


Tak seberuntung Sang Jendral. Seperti halnya Portugal, Spanyol, dan Prancis, Belanda memang suka menginjakkan kaki di negeri orang untuk menjajah. Suriname, beberapa negara di Afrika, dan Indonesia pernah dijajah meneer Belanda. Berbeda dengan negara mantan jajahan Inggris yang rata-rata kini telah jauh berkembang bahkan maju seperti Australia, Brunei Darussalam, Malaysia, dan India, negara bekas jajahan Belanda cenderung lambat berkembang. Meski kebanyakan memiliki SDA melimpah namun itu semua belum bisa “menghebatkan” negara tersebut. Menristek menyebut fenomena ini sebagai “Penyakit Belanda”, Dutch Disease.

Musuh zaman sekarang. Tak seperti musuh yang dihadapi saat Agresi Militer Belanda II, musuh kita adalah penyakit Belanda. Kita tentu sering mendengar, bahkan mengucapkan penggalan Q.S. Ar Ra’d : 11 yang pada zaman Bung Karno populer disebut “Ayat Revolusi.” Atas tuntutan waktu itu, direkayasalah yang terjemahannya menjadi : “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sampai kaum itu mengubah nasib mereka sendiri.” Maa yang mubham disamarkan (menurut tata bahasa arab : merupakan kata ganti benda tidak konkret) dan biasanya diterjemahkan dengan kata “apa”, dikonkretkan menjadi “nasib.” Jadi, terjemahan tadi seolah apa yang kita dapat adalah mutlak jerih payah kita. Yang benar, Allah-lah yang memberi rezeki, bukan manusia. Yang dimaksud sebenarnya dalam ayat tersebut adalah “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah apa yang ada pada suatu kaum sampai kaum itu sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka.” Dikuatkan dengan ayat yang mirip dan justru menjelaskan pengertian lafal maa yang mubham tadi. Dalam Q.S. Al Anfal : 53, “(Hukuman Allah) yang demikian itu dikarenakan sesungguhnya Allah sekali-sekali tidak akan mengubah suatu nikmat yang telah dianugerahkan kepada suatu kaum hingga kaum itu mengubah apa yang pada diri mereka sendiri.” Jadi sebenarnya Q.S. Ar ra’d : 11 –wallahu a’lam bishshawaab-merupakan pernyataan Allah bahwa nikmat yang sejak awal Ia anugerahkan kepada suatu kaum, bangsa, atau bahkan seluruh umat manusia, tidak akan diubah alias dicabut oleh-Nya selama kaum atau bangsa itu sendiri tidak mengubah apa yang ada pada diri mereka (ijtihad K.H.A. Mustofa Bisri). So, bisa jadi krisis yang berentet di negeri ini dan dutch disease akibat banyaknya perbuatan menyimpang oleh manusia Indonesia, nikmat kita lagi dicabut. Ngerti kan sing musti dilakoni ? Ya kudu jadi wong bener, wong takwa.

Labels:

0_orang telah berjasa| komen artikel

July 23, 2008

Penyakit Welanda

Diagnosa. Seperti halnya Portugal, Spanyol, dan Prancis, Belanda memang suka menginjakkan kaki di negeri orang untuk menjajah. Suriname, beberapa negara di Afrika, dan Indonesia pernah dijajah meneer Belanda. Berbeda dengan negara mantan jajahan Inggris yang rata-rata kini telah jauh berkembang bahkan maju seperti Australia, Brunei Darussalam, Malaysia, dan India, negara bekas jajahan Belanda cenderung lambat berkembang. Meski kebanyakan memiliki SDA melimpah namun itu semua belum bisa “menghebatkan” negara tersebut. Menristek menyebut fenomena ini sebagai “Penyakit Belanda”, Dutch Disease.

Kita cari sebabnya. Kita tentu sering mendengar, bahkan mengucapkan penggalan Q.S. Ar Ra’d : 11 yang pada zaman Bung Karno populer disebut “Ayat Revolusi.”

tas tuntutan waktu itu, direkayasalah yang terjemahannya menjadi : “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sampai kaum itu mengubah nasib mereka sendiri.” Maa yang mubham disamarkan (menurut tata bahasa arab : merupakan kata ganti benda tidak konkret) dan biasanya diterjemahkan dengan kata “apa”, dikonkretkan menjadi “nasib.” Jadi, terjemahan tadi seolah apa yang kita dapat adalah mutlak jerih payah kita. Yang benar, Allah-lah yang memberi rezeki, bukan manusia. Yang dimaksud sebenarnya dalam ayat tersebut adalah “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah apa yang ada pada suatu kaum sampai kaum itu sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka.” Dikuatkan dengan ayat yang mirip dan justru menjelaskan pengertian lafal maa yang mubham tadi. Dalam Q.S. Al Anfal : 53, “(Hukuman Allah) yang demikian itu dikarenakan sesungguhnya Allah sekali-sekali tidak akan mengubah suatu nikmat yang telah dianugerahkan kepada suatu kaum hingga kaum itu mengubah apa yang pada diri mereka sendiri.” Jadi sebenarnya Q.S. Ar ra’d : 11 –wallahu a’lam bishshawaab-merupakan pernyataan Allah bahwa nikmat yang sejak awal Ia anugerahkan kepada suatu kaum, bangsa, atau bahkan seluruh umat manusia, tidak akan diubah alias dicabut oleh-Nya selama kaum atau bangsa itu sendiri tidak mengubah apa yang ada pada diri mereka (ijtihad K.H.A. Mustofa Bisri). So, bisa jadi krisis yang berentet di negeri ini dan dutch disease akibat banyaknya perbuatan menyimpang oleh manusia Indonesia, nikmat kita lagi dicabut. Ngerti kan sing musti dilakoni ? Ya kudu jadi wong bener, wong takwa.

Wakil Rakyat. Banyak orang yang menjelek-jelekkan anggota dewan tanpa mengambil langkah yang lebih penting dari itu, lo ? “Inna ahadukum mirratu kliihi” , sesungguhnya salah seorang diantara kamu adalah cermin dari saudaranya. Dalam pengertian ini, untuk mengetahui noda diri sendiri, kita bisa bercermin pada saudara kita. Entah sejak kapan, kita menjadi bangsa yang beringas, sadis, pemarah, suka berkelahi, bahkan merembet ke pertengkaran halus para selebriti dan pejabat. Rendra said kalau kita sudah berubah menjadi rumput kering yang mudah terbakar. “Untung” saja, wakil rakyat kita begitu peka melihat aspirasi “rakyat” dan “profesional” sehingga all out memerankan keberingasan rakyatnya. Jadi, jika kita melihat kejelekan mereka, hendaknya ngaca donk ! Mereka adalah cerminan kita.

0_orang telah berjasa| komen artikel

July 10, 2008

Ganti Kulit

Assalamu'alaikum. Hah, akhirnya bisa juga skin FDK hasil karya sendiri. Dengan skin yang baru dan good looking pula, moga aja yang nimbrung tambah banyak. Wassalam.
1_orang telah berjasa| komen artikel

May 15, 2008

igossummit2



Pertama, Saya ingin bertanya kepada pembaca, pilih open sorce atau yang komersial ? Sadarkah kita, puluhan tahun kita menggunakan produk bajakan, ilegal. Sadar doank ga cukup. Ibarat orang dari Cirebon mau ke Jakarta, kalo ga mau jalan, ya ga akan sampe. Kita udah sadar, berarti dapet hidayah, tapi gerakan revolusinya belum terlalu keliatan, berarti taufiknya belum dapet. Orang zaman dahulu berkata, “Mati belanda karena pangkat, mati china karena harta, mati keling karena makanan, mati melayu karena angan-angan.” Siapa orang melayu ?, ya kita ini. Bangsa kita memang terbiasa “memakai”, bukan membuat atau mengembangkan. Berbeda dengan Jepang dan China, meski mereka banyak meniru pada awalnya, namun mereka bisa mengembangkan, bahkan lebih baik dari produk aslinya.
Saatnya gunakan open source ! Kemalasan dan ketertutupanlah yang membuat masyarakat kita tenggelam dalam “kenikmatan ilegal” yang sementara ini. “Susah dan untuk kalangan programmer” sajalah yang seakan bisa memakai Linux. Sebenarnya kita semua bisa ! Hanya perlu pembiasaan dan kemauan belajar. Silaturahmi kuat terjalin bila kita berinteraksi dalam belajar Open Source, mulia kan ? Contoh alamat yang bisa diakses untuk bertanya Linux :
www. Linuxquestion.org
www.konsultanlinux.com
atau bisa browsing di yang lain (cari di Google dll)
Sangat banyak orang berotak encer di negeri tercinta Indonesia. Kalo Prancis bisa buat kereta tercepat, ya wajar, sebab dana yang dikeluarin + Rp 200 milyar lebih, Saya percaya orang Indonesia pun bisa buat kereta tercepat jika diberi anggaran sebesar itu. Asal uangnya ga di makan, tapi keder juga karena nanti kuat ga rel-relnya, buat lintasan kereta tercepat, apalagi perkereta apian sekarang sedang runyam. Serba bingung ya, tapi tetaplah semangat untuk memperbaiki diri, sekolah, bangsa, dan negara. Saya yakin Open Source bisa menggeser menara besar windows dan kekerdilan software bajakan. Banyak free open source software bermutu sekelas program-program berbasis Windows. OpenOfiice. Org bisa menggeser kerja Ms. Office dan CorelDraw 12, dan bnyak lagi yang lainnya. Berkata Bung Einstein, “Ukuran kecerdasan manusia sebenarnya terletak pada kemampuannya untuk berubah.” Dan berkata guruku, Pak Us dan Pak Is, “Tak ada yang tak mungkin di dunia ini kecuali manusia memakan kepalanya sendiri.” Tak mustahil bangsa kita bisa lepas dan mulai memakai open source 100% !
Orang Indonesia itu hebat, dalam Buku Genom, yang ditulis Matt Ridley, ada nama Joe Hin Tjio, disebutkan Joe, wong asal Indonesia, berperan penting dalam upaya manusia mengurai sandi-sandi yang tersimpan dalam DNA. Joe adalah fakta pintarnya orang Indonesia.


Kenapa pilih open source ? Pada Linux bila ingin media player XP, File Manager Windows 98, kestabilan Windows 2000, keartistikan Windows Vista bisa digabungkan, ibarat gado-gado. Sedangkan di Windows ? Mustahil mencampur-campur ria. Selain itu, softwarenya gratis, tak melanggar HaKI (Hak atas Kekayaan Intelektual). Jangan ragu mencoba berbagai distro (OS Linux) seperti Mandrake, Mandriva, Xandros, SuSE, dan yang buatan Indonesia yaitu IGOS, cari yang paling klop dengan anda.
Kita perlu mikir tentang makna pembelajaran, yaitu untuk membebaskan diri dari belenggu kebodohan dan kesempitan berfikir dengan cara lebih terbuka. Open Souce menjawab permasalahan itu. Bersabdalah Bung Einstein, “Ukuran kecerdasan manusia sebenarnya terletak pada kemampuannya untuk berubah.”
W = F.s itu kata fisikanya, usaha harus menghasilkan perpindahan, hijrah. Ayo Pakai Open Source !
Apa yang sudah Saya paparkan hanyalah omong kosong bila pembaca tidak tergerak untuk make a break trough, buat terobosan yang bisa meremedial predikat bangsa ini sebagai pembajak besar. Artikel ini hanya menyemangati perubahan dan perbaikan, bukan membuatnya, pembacalah tokoh perubahan itu. "Singa ditakuti karena diam, tenang, dan memilki strategi, sedangkan anjing di permainkan karena suka menggonggong." Karena itu bangsa ini harus menjadi singa, tenang menghanyutkan, jangan menggonggong kehebatan doank, tapi ga da hasilnya .
Mohon maaf bila ada kata yang kurang berkenan. Semua yang Saya paparkan mungkin ada salahnya, ambil yang baik, buang yang buruk. Tetap berusaha, “Tak ada yang tak mungkin di dunia ini kecuali manusia memakan kepalanya sendiri.” Jogja dan Aceh sudah menggalakkan Goes Open Source, sekolahku, SMAN 1 Cirebon juga mulai menggalakkannya. Kini giliran anda ! Go Open Source!

Labels:

0_orang telah berjasa| komen artikel