Kita cari sebabnya. Kita tentu sering mendengar, bahkan mengucapkan penggalan Q.S. Ar Ra’d : 11 yang pada zaman Bung Karno populer disebut “Ayat Revolusi.”
tas tuntutan waktu itu, direkayasalah yang terjemahannya menjadi : “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sampai kaum itu mengubah nasib mereka sendiri.” Maa yang mubham disamarkan (menurut tata bahasa arab : merupakan kata ganti benda tidak konkret) dan biasanya diterjemahkan dengan kata “apa”, dikonkretkan menjadi “nasib.” Jadi, terjemahan tadi seolah apa yang kita dapat adalah mutlak jerih payah kita. Yang benar, Allah-lah yang memberi rezeki, bukan manusia. Yang dimaksud sebenarnya dalam ayat tersebut adalah “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah apa yang ada pada suatu kaum sampai kaum itu sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka.” Dikuatkan dengan ayat yang mirip dan justru menjelaskan pengertian lafal maa yang mubham tadi. Dalam Q.S. Al Anfal : 53, “(Hukuman Allah) yang demikian itu dikarenakan sesungguhnya Allah sekali-sekali tidak akan mengubah suatu nikmat yang telah dianugerahkan kepada suatu kaum hingga kaum itu mengubah apa yang pada diri mereka sendiri.” Jadi sebenarnya Q.S. Ar ra’d : 11 –wallahu a’lam bishshawaab-merupakan pernyataan Allah bahwa nikmat yang sejak awal Ia anugerahkan kepada suatu kaum, bangsa, atau bahkan seluruh umat manusia, tidak akan diubah alias dicabut oleh-Nya selama kaum atau bangsa itu sendiri tidak mengubah apa yang ada pada diri mereka (ijtihad K.H.A. Mustofa Bisri). So, bisa jadi krisis yang berentet di negeri ini dan dutch disease akibat banyaknya perbuatan menyimpang oleh manusia
Wakil Rakyat. Banyak orang yang menjelek-jelekkan anggota dewan tanpa mengambil langkah yang lebih penting dari itu, lo ? “Inna ahadukum mirratu kliihi” , sesungguhnya salah seorang diantara kamu adalah cermin dari saudaranya. Dalam pengertian ini, untuk mengetahui noda diri sendiri, kita bisa bercermin pada saudara kita. Entah sejak kapan, kita menjadi bangsa yang beringas, sadis, pemarah, suka berkelahi, bahkan merembet ke pertengkaran halus para selebriti dan pejabat. Rendra said kalau kita sudah berubah menjadi rumput kering yang mudah terbakar. “Untung” saja, wakil rakyat kita begitu peka melihat aspirasi “rakyat” dan “profesional” sehingga all out memerankan keberingasan rakyatnya. Jadi, jika kita melihat kejelekan mereka, hendaknya ngaca donk ! Mereka adalah cerminan kita.